Penyakit ini mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang, yang merupakan daerah di mana penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi masalah wabah penyakit di kota Minamata
Jepang. Ratusan orang mati akibat penyakit yang aneh dengan gejala
kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut, para ahli kesehatan
menemukan masalah yang harus segera di amati dan di cari penyebabnya.
Melalui pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan kebiasaan
orang jepang, termasuk pola makan kemudian diambil suatu hipotesis.
Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut mirip orang yang keracunan
logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat diketahui bahwa orang
Jepang mempunyai kebiasaan mengonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak.
Dari hipotesis dan kebiasaan pola makan tesebut kemudian dilakukan
eksperimen untuk mengetahui apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat (merkuri).
Kemudian disusun teori bahwa penyakit tesebut diakibatkan oleh
keracunan logam merkuri yang terkandung pada ikan. Ikan tesebut
mengandung merkuri akibat adanya orang atau pabrik yang membuang merkuri
ke laut. Penelitian berlanjut dan akihrnya ditemukan bahwa sumber
merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso. Akhirnya pabrik tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata kurang lebih dari 26,6 juta dolar.
Secara matematika, 1+1= 2, dua merupakan hasil dari proses satu
ditambahkan dengan satu. Begitu juga dengan kehidupan hasil yang kita
capai sekarang juga diawali dengan berbagai proses. apakah proses itu
menyenangkan atau tidak, apakah proses itu cepat atau lambat, itu semua
tergantung kepada kita yang terlibat dalam proses tersebut. Untuk Negara
maju seperti Jepang, juga diawali dengan suatu proses. saya ingin
mengatakan bahwa sebelum menjadi Negara maju, Jepang melalui sebuah
proses sebagai Negara berkembang, seperti Indonesia pada saat ini. akan
tetapi kenapa prosesnya lebih cepat dibanding Indonesia, ini
dikembalikan lagi kepada individu dan sumber daya manusia yang terlibat
dalam proses tersebut. Salah satu pelajaran yang dapat kita ambil adalah
dalam kasus Minamata atau di Jepang dikenal dengan Minamata Byō.
Kasus Minamata byo ini, sama dengan halnya keadaan di Indonesia
sekarang dimana semua pabrik atau industri tidak peduli tentang
kesehatan lingkungannya, hal ini dibuktikan dengan membuang limbah
pabrik semena-mena tanpa memperhatikan aturan yang berlaku. Walaupun hal
ini banyak terjadi, namun pabrik yang bergerak di jalur hijau dan
menyadari pentingnya kesehatan suatu lingkungan juga banyak jumlahnya.
Alangkah baiknya, kalau semua pabrik dan industri mengikuti jalur hijau,
atau menjaga lingkungan seiring meningkatkan kesejahteraan dan
perekonomian bangsa. Sebuah pelajaran dapat kita ambil dari Negara maju
seperti Jepang. Mereka juga pernah menjadi Negara berkembang, mereka
juga pernah mengalami kasus yang sama dengan kita, namun mereka selalu
melangkah ke depan dan belajar dari pengalaman. Kenapa kita hanya
memperhatikan dan berdiam diri, apabila kita punya kesempatan untuk
belajar dan tumbuh ke arah yang lebih baik.
Prolog Minamata Byō
Teluk Minamata terletak di kota Minamata, Kumamoto Perfecture,
Jepang. Tragedi ini tejadi pada tahun 1959, sektor perekonomian utama di
Minamata adalah perikanan. pada saat itu laporan mengenai penyakit aneh
di Minamata sangat banyak masuk pada pemerintah daerah Kumamoto, Pasien
menderita Kejang-kejang, tidak bisa bicara dengan jelas, berjalan
dengan terhuyung-huyung, lumpuh, koordinasi gerakan terganggu dan
gangguan fungsi kerja system syaraf lainnya. Ketika diamati lingkungan
sekitar, kucing juga menjadi gila, berjalan berputar-putar,
terhuyung-huyung, bahkan diceritakan sampai ada yang melompat ke laut.
Tidak hanya itu, juga burung camar dan gagak yang mati dan terlihat di
sepanjang teluk Minamata.
Yang lebih parahnya adalah ketika anak-anak yang lahir dengan
berbagai gejala, kelumpuhan, cacat, keterbelakangan mental, bahkan ada
yang meninggal beberapa hari setalah lahir. Padahal orang tua sang bayi
dalam keadaan sehat, tanpa menunjukkan gejala-gejala tertentu. Hal ini
menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah lokal dan pusat. Apa
penyebab terjadinya penyakit aneh ini.
Para peneliti dari Universitas Kumamoto (Medical study group) dan
Kementrian kesehatan dan kesejahteraan Jepang melaporkan bahwa pada
teluk Minamata telah terjadi pencemaran methyl-mercury. Seluruh ikan dan
hewan laut lainnya di teluk Minamata juga sudah tercemar, hal inilah
penyebab utama penduduk mengalami gangguan pada system syaraf. Umumnya
penduduk Minamata mengkonsumsi ikan rata-rata sebanyak 3 kg per harinya,
sehingga hal ini menyebabkan bioakumlasi pada penderita. Penyebab
pencemaran ini adalah pabrik besar yang bernama Chisso.
Pabrik Chisso
Chisso yang didirikan pada tahun 1908, merupakan pabrik yang
memproduksi pupuk kimia untuk pertanian dan salah satu pabrik besar yang
bergerak dalam bidang ini di Jepang. Perekonomian di Minamata menjadi
kuat seiring dengan perkembangan dan besarnya jumlah produksi hasil
indusri oleh Chisso.
Selain memproduksi pupuk kimia, Chisso juga memproduksi Asam asetat
(Acetic acid), Vinyl Chloryde dan plasticizers. Dalam memproduksi asam
asetat, Chisso menggunakan Methyl-mercury sebagai catalyst untuk membuat
Acetaldehyde, Acetaldehyde inilah yang nantinya akan diubah menjadi
asam asetat. Dengan sistem pengolahan limbah yang sangat buruk, Chisso
membuang sampah Methyl-mercury ke teluk Minamata, hal inilah yang
menjadi cikal bakal tragedy Minamata.
Tragedi Minamata
Tragedi minamata terjadi akibat penumpukan (Bioakumulasi) zat
methyl-mercury pada tubuh manusia. Proses bioakumulasi terjadi karena
zat methyl-mercury telah masuk ke dalam rantai makanan; laut yang telah
tercemar menyebabkan plankton sebagai makanan ikan-ikan juga tercemar,
kemudian zat methyl-mercury ini akan menumpuk dalam tubuh ikan, dan
manusia sebagai puncak dalam rantai makanan akan memiliki kandungan zat
methyl mercury terbanyak (Biomagnification).
Methyl-mercury dalam tubuh dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan
gangguan pada system syaraf. Methyl-mercury akan menyerang sel-sel
syaraf. Proses ini bisa dijelaskan secara umum sebagai berikut; sel
syaraf yang terdiri dari Actin, Tubulin dan Neurofibril. Apabila bagian
ini diserang oleh methyl-mercury maka bagian actin dan tubulin akan
rusak dan menyusut, sehingga microfibril yang menyampaikan ransangan
akan terbuka, sehingga terjadilah gangguan mekanisme pada system syaraf.
Akibat dari terganggunya sel syaraf ini sangat fatal, dimana koordinasi
otak dan anggota tubuh lainnya menjadi tidak sejalan, setiap informasi
yang disampaikan oleh otak tidak akan pernah sampai secara utuh pada
seluruh anggota tubuh. Hal ini dapat dilihat pada tragedy Minamata
dimana penderita susah untuk berbicara, kelumpuhan, berjalan
terhuyung-huyung, dan efek lainnya dari gangguan sysaraf.
Kurang lebih 17.000 orang dari Kumamoto Perfecture dan Kagoshima
Perfecture yang melapor kepada pemerintah terkait dengan gejala dari
Minamata Byō ini. Untuk total jumlah penderita secara keseluruhan tidak
dapat dilakukan, karena banyak dari mereka yang merasa malu dan tidak
melaporkan diri. Pemerintah Jepang dan Chisso memberikan kompensasi pada
penderita Minamata Byō, berupa; terapy, perawatan rumah sakit, dan
kompensasilainnya. Dari sekian banyak jumlah penderita Minamata Byō,
banyak dari mereka yang meninggal selama masa perawatan, sebelum
perawatan dan kondisi lainnya yang tidak dilaporkan.
Memorial of Minamata victims
Memorial of Minamata victims
After Tragedi
Setelah kejadian ini, dalam proses yang panjang, para korban yang
terkena dampak mercury menuntut ke pemerintahan dan Chisso sebagai
sumber dari pencemaran ini. akhirnya pemerintah dan Chisso menyediakan
ganti rugi kepada para korban yang telah didata, dan dilakukan perawatan
dan rehabilitasi yang dibiayai oleh pemerintah Jepang dan Chisso
sendiri.
Pada tahun 1968, Chisso menghentikan produksi asam asetatnya, seiring
dengan hal itu kadar mercury yang terkandung dalam tubuh ikan dan hewan
invertebrata laut lainnya mulai berkurang. Untuk mengantisipasi ikan
yang telah terkontaminasi mercury, pemerintah Jepang memasang jaring di
teluk Minamata, supaya ikan-ikan dan hewan invertebrata air lainnya
tidak tersebar jauh.
Karena ikan-ikan yang mengandung mercury membuat mata pencaharian
para nelayan menjadi hilang. Hal ini diantaisipasi oleh pemerintah dan
Chisso, semua ikan-ikan yang di dalam jaring di teluk Minamata ditangkap
oleh para nelayan, selanjutnya ikan-ikan tersebut akan dibeli oleh
Chisso untuk dimusnahkan.
Kandungan merkuri yang terdapat pada ikan-ikan dan invertebrata air
telah berkurang, dan juga penangkapan ikan-ikan yang mengandung merkuri,
selanjutnya bagaimana dengan sedimentasi merkuri pada dasar perairan.
Pemerintah Daerah Kumamoto melakukan pengerukan di teluk Minamata.
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan
dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri.
Gejala yg timbul antara lain:
- Gangguan saraf sensoris: Paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
- Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat, dan sulit berbicara.
- Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala. Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas merkuri tersebut.
No comments:
Post a Comment