Sunday, November 23, 2014

Garam yodium


yodium
Yodium pertama ditemukan pada rumput laut pada tahun 1811 oleh B. Courtois, dan berhasil diisolasi pada tahun 1819 oleh Fyfe.
Pada tahun 1896, E. Baumann menemukan bahwa kelenjar tiroid sangat kaya yodium bila dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain.
Yodium merupakan salah satu mineral paling awal yang diketahui penting untuk menjaga kesehatan.
Yodium menjadi penanda kelenjar tiroid yang sehat, yang berperan dalam membunuh kuman berbahaya dan membentuk hormon tiroksin serta hormon triodothyronine.
Yodium adalah mineral berwarna hitam keabu-abuan, dan mengeluarkan asap korosif warna ungu saat dipanaskan.

Dosis Yodium

Dosis harian yodium yang disarankan adalah 80 mcg untuk anak-anak dan 150 mcg untuk orang dewasa.
Dosis ini akan lebih tinggi pada wanita hamil dan menyusui. Namun hati-hati, kelebihan yodium bisa menyebabkan hidung menjadi lembab.

Sumber Yodium

Yodium bisa ditemukan dalam air, makanan, dan garam. Namun yodium sangat jarang ditemukan di pegunungan dan dataran tinggi. Air laut umumnya mengandung 0,2 mg yodium per liter.
Rumput laut dan kerang sangat kaya yodium. Sumber terbaik lain yodium adalah ikan laut, garam beryodium, dan sayuran hijau seperti bayam.
Sumber lain yodium termasuk susu, daging, dan sereal. Sekitar 90% dari asupan yodium diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan sisanya dari air.
Garam biasa yang diperkaya dengan natrium atau kalium iodat tersedia bebas di pasaran dan dilabeli sebagai garam beryodium.

Fungsi Yodium

Metabolisme yodium dikendalikan oleh tiroid. Yodium sangat penting bagi tubuh.
Jumlah total yodium dalam tubuh adalah 25 mg, dan setengah dari jumlah itu berada dalam tiroid sebagai thyroglobulin, sebuah kompleks protein dan yodium.

Garam Iodium atau garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan.[1] Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30-80 ppm (Depkes RI).[1] Penggunaan garam beryodium sangat penting bagi kesehatan terutama kesehatan keluarga.[1] Iodium bermanfaat untuk memicu pertumbuhan otak, menyehatkan kelenjar tiroid, menyehatkan proses tumbuh kembang janin, mencerdaskan otak.[1] Kekurangan iodium mengakibatkan penyakit gondok, keterbelakangan mental, bayi lahir cacat, anak kurang cerdas, keguguran pada ibu hamil, dan lain-lain.[1]

Garam iodium berasal dari persenyawaan zat air dan zat asam iodium, (HI) atau persenyawaan iodium dengan senyawa bukan logam atau organik yang berasl dari ion I.[2] Berguna untuk menjaga pertumbuhan kelenjar gondok atau tiroksin.[2] Empat senyawa anorganik yang digunakan sebagai sumber iodida, tergantung pada produsen: iodat kalium, kalium iodida, natrium iodat, dan natrium iodida.[3] Setiap senyawa ini memasok tubuh dengan yodium yang diperlukan untuk biosintesis tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) oleh hormon kelenjar tiroid.[3] Hewan juga manfaat dari suplemen yodium, dan turunan hidrogen iodida dari etilendiamin adalah suplemen utama untuk pakan ternak.[3]

Garam termasuk dalam mineral yang diperlukan tubuh untuk berfungsi normal. Dikenal juga sebagai yodium klorida, garam bertugas menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Pada makanan, selain memberi rasa, garam juga mencegah makanan cepat busuk.
Selama ini kita mendapatkan sodium atau yodium dari garam, tetapi garam bukanlah satu-satunya sumber yodium.  Ahli gizi Universitas Indonesia dr. Elvina Karyadi mengatakan makanan laut seperti ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut, serta telur, susu, dan daging juga merupakan sumber yodium.

"Namun seringkali kebutuhan yodium tidak tercukupi dari konsumsi makanan saja. Kandungan yodium dalam makanan sangat sedikit sehingga untuk memenuhi kebutuhan yodium, sehingga makanan tadi harus dimakan dalam jumlah yang banyak," tutur Elvina dalam Nutritalk bertajuk "Pentingnya Tumbuhkan Kecintaan pada Gizi Sejak Dini" yang diadakan oleh Sarihusada Selasa (21/5/2013) di Jakarta.

Bandingkan dengan mengonsumsi garam beryodium. Dengan jumlah yang sedikit, lanjut Elvina, garam beryodium mengandung lebih banyak yodium sehingga lebih mungkin mencukupi kebutuhan yodium tubuh.

Menurut Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) konsumsi yodium yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 150 mikrogram per hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kira-kira dibutuhkan satu sampai satu setengah sendok garam beryodium.

Dosis tepat yodium untuk tubuh sangat penting, karena kekurangan maupun kelebihan konsumsi yodium dapat mengakibatkan gangguan fungsi tiroid. Gangguan fungsi tiroid akan menyebabkan tubuh kurang berenergi. Bahkan jika sudah parah akan menyebabkan kerusakan sebagian otak dan kretinisme, yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif.
Kekurangan
Menurut data Global Progress Report WHO tahun 2009, 16 persen anak-anak Indonesia kekurangan yodium. Padahal yodium merupakan mineral yang penting untuk perkembangan otak sehingga menyokong tumbuh kembang anak secara keseluruhan.

Elvina mengatakan, kendati garam beryodium penting, namun masih banyak petani garam yang belum mau menambahkan yodium pada produksi garam mereka. Produksi garam beryodium memang menambah panjang proses produksi karena ada satu tahap tambahan yaitu fortifikasi, penambahan yodium pada garam.

"Namun proses fortifikasi sebenarnya mudah dan murah. Kira-kira hanya menambah Rp. 5 untuk setiap gram garam," imbuh Direktur Micronutrient Initiative Indonesia (MII) ini.
Meski begitu kita juga perlu berhati-hati dalam mengonsumsi yodium karena saat ini makanan kemasan umumnya mengandung garam tinggi. Kelebihan yodium bisa memicu hipertensi.


No comments: