BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mikrobiologi Industri merupakan
suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk industri atau mengikut
sertakan mikrobia dalam prosesnya. Mikrobia dalam industtri mengasilkan
beberapa macam produk, diantaranya zat kimia, seperti asam organik, gliserol
dan alkohol. Selain itu juga antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan
minuman, pengawet dan sebagainya.
Dalam suatu proses fermentasi hal
yang sangat penting adalah media fermentasi. Karena segala proses metabolisme
tergantung bahan (medium) yang tersedia. Terdapat banyak sumber nutrisi yang
harus dipenuhi dalam membentuk media suatu fermentasi adalah Sumber karbon yang
terdiri dari molasses, pati, sulphite waste liquor, selulosa, whey,
hidrokarbon, minyak dan lemak. Semua kebutuhan unsur dan sumber nutrisi yang
lain seperti nitrogen, air, mineral, vitamin, oksigen dan lain sebagainya akan
dijelaskan dalam makalah yang berjudul “Media Fermentasi”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang maka dibuat perumusan masalah
yaitu:
1.
Apa yang
dimaksud dengan fermentasi?
2.
Bagaimana
jenis-jenis fermentasi?
3.
Bagaimanakah
pembentukan media fermentasi?
4.
Bagaimanakah sumber karbon, nitrogen,
dan mineral dalam media fermentasi?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah prasyarat mikrobiologi industri dan untuk memahami media fermentasi yang
digunakan dalam proses fermentasi pada mikrobiologi industri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Fermentasi
2.1.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi
merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang
dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya
dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Fermentasi suatu cara telah dikenal
dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Sebagai suatu proses fermentasi
memerlukan:
1. Mikroba sebagai inokulum
2. Tempat (wadah) untuk menjamin proses
fermentasi berlangsung dengan optimal.
3.
Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi mikroba.
2.1.2 Bahan Baku
Fermentasi
Bahan baku fermentasi yang digunakan
setidaknya memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu, mudah didapat,
jumlah besar, harga murah, dan ada substitusinya. Bahan baku fermentasi meliputi hasil pertanian, hasil peternakan,
hasil perkebunan, limbah industri.
2.1.3
Potensi Bahan Baku
Potensi bahan
baku untuk fermentasi adalah dapat meningkatkan suplai bahan pangan, dapat
meningkatkan kualitas gizi, dapat memperpanjang masa simpan buah dan sayur,
dapat mengurangi “allergenicity”, dapat meningkatkan kesuburan tanah, dapat
mengembangkan pangan fungsional dan mengurangi pencemaran lingkungan.
2.1.4
Mikroba
Mikrobia
dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi
syarat-syarat tertentu yaitu murni, unggul, stabil, bukan pathogen.
Dalam proses-proses tertentu harus
menggunakan biakan murni (dari satu strain tertentu) yang telah diketahui
sifat-sifatnya. Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikrobia harus mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang
besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan
dengan kondisi proses yang diharapkan.Pada kondisi yang diberikan, mikrobia
harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak mengalami perubahan karena mutasi
atau lingkungan. Mikrobia yang digunakan adalah bukan patogen bagi manusia
maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia tertentu. Jika digunakan
mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak menimbulkan akibat samping pada
lingkungan.
2.1.5 Sifat dan Prinsip Fermentasi
Fermentasi dapat
berlangsung secara aerob (memerlukan adanya oksigen)
dan anaerob tidak memerlukan adanya oksigen. Agar fermentasi dapat berjalan
dengan optimal, maka harus memperhatikan faktor-faktor yaitu aseptis (bebas
kontaminan), komposisi medium pertumbuhan, penyiapan inokulum, kultur, tahap
produksi akhir.
2.2
Jenis
Fermentasi
2.2.1 Fermentasi Media Cair
Fermentasi media cair diartikan
sebagai fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinyu dari sistem
pertumbuhan sel yang bersangkutan atau substrat baik sumber karbon maupun
mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi
cair meliputi minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka,
yogurt dan kefir.
Fermentasi cair dengan teknik
tradisional tidak dilakukan pengadukan.
Berbeda dengan fermentasi teknik fermentasi cair modern
melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan pengaduk agar medium tetap
homogen, aerasi, pengatur suhu (pendingin atau pemanasan) dan pengaturan
pH. Proses fermentasi cair modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil uniform
dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan,
perebusan dan pengukusan mematikan banyak mikroba competitor. Jenis-jenis
fermentasi media cair yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Fermentasi yang diagitasi dimana
substratnya larut dalam air.
Jenis
fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau yang
lebih modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut sempurna
dalam air. Pengambilan substrat oleh mikroba melalui fase larutan dalam air.
Pada kultur labu yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat pengocok
( shaker ). Pada fermentor agitasi dikerjakan dengan pengaduk yang
dijalankan oleh motor dan dapat dibantu oleh aerasi (gelembung udara).
2. Fermentasi yang diagitasi dimana zat
yang tak larut dalam air tersuspensi dalam fasa cair.
Pada
fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam
bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan
zat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media
dapat bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang
menyerupai bubur. Pengambilan substrat oleh mikriba biasanya disertai dengan
produksi suatu faktor yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler
atau terletak didalam dinding dalam air sehingga partikel substrat tersipresi
secara merata dalam medium yang mengandung air agar terjadi kontak dengan
mikroba secara maksimum.
3.
Fermentasi yang
diagitasi di mana zat cair yang tidak larut dalam air tersuspensi dalam fase
cair.
Jenis
fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat dengan yang kedua kecuali
substrat bersifat cair.
4.
Fermentasi yang
tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase air
Pada
fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa
larutan yang dangkal dalam suatu wadah yang mempunyai permukaan yang luas dan
dalamnyamedia biasanya 2,5 sam 5,0 cm untuk produksi yang tinggi. Untuk
produksi komponen-komponen pakan yang paling banyak digunakan adalah fermentasi
cair jenis pertama, menyusul jenis keempat terutama untuk memproduksi asam-asam
organik.
2.2.2 Fermentasi Media Padat
Fermentasi
substrat padat berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme pada bahan padat
dalam ketiadaan atau hampir ketiadaan air
bebas. Tingkat lebih atas dari fermentasi substrat padat (yaitu sebelum air
bebas tampak) merupakan fungsi penyerapan (absorbancy), dan dengan demikian
kadar airnya pada gilirannya tergantung pada jenis substrat yang digunakan.
Aktivitas biologis menurun bila kandungan air substrat sekitar 12%. Dan semakin
mendekati nilai ini, aktivitas mikrobiologis semakin tertahan. Fermentasi
substrat padat tidak memperhatikan fermentasi slurry (yaitu cairan
dengan kandungan zat padat taklarut yang tinggi) ataupun fermentasi substrat
padat dalam medium cair. Substrat yang paling banyak digunakan dalam fermentasi
substrat padat adalah biji-bijian serealia, kacang-kacangan, sekam gandum,
bahan yang mengandung linoselulosa (seperti kayu dan jerami), dan berbagai
bahan lain yang berasal dari tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu
berupa molekul primer, tak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi murah,
mudah diperoleh dan merupakan sumber hara yang tinggi.
Jenis microorganisme
yang tumbuh baik dibawah kondisi fermentasi substrat padat ditentukan terutama
oleh faktor aktivitas air (aw). nilai aw substrat secara
kuantitatif menyatakan banyaknya air yang dibutuhkan bagi aktivitas mikroba.
2.2.3
Keuntungan dan
Kerugian Fermentasi Media Padat dan Media Cair
1. Fermentasi Media Padat
Fermentasi media padat mempunyai beberapa
keuntungan dan kerugian, bila dibandingkan dengan fermentasi media cair.
Adapun
keuntungan fermentasi media padat yakni :
1.
Pada media padat dapat
digunakan substrat tunggal alami
2.
Dapat menghasilkan
kepekatan produk yang lebih tinggi
3.
Pengontrolan terhadap
kontaminasi lebih mudah
4.
Produktivitas lebih tinggi,
dan tidak membentuk buih.
5.
Hasil yang sama dapat
berulang dengan kondisi yang sama
6.
Tidak perlu pengontrolan pH
dan suhu yang teliti.
Adapun kerugian
fermentasi media padat yakni
1.
Terbatasnya jenis mikroba yang dapat digunakan
2. Kebutuhan jumlah spora
inokulum cukup besar,
3.
Sukar dilakukan penetapan
bobot miselium sacara teliti,
4. Menimbulkan
panas bila menggunakan substrat lembab dalam jumlah besar
5.
Pengukuran kadar air serta pengaturan pH dan
suhu sukar dilakukan
2. Fermentasi Media Cair
Fermentasi
media padat mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.
Adapun
keuntungan fermentasi media cair yakni :
1.
Komposisi dan konsentrasi inokulum dapat diatur dengan mudah.
2.
Tidak memerlukan takaran atau jumlah
inokulum yang tinggi
Adapun
kerugian fermentasi media cair yakni :
1.
Suhu yang melebihi suhu optimum pertumbuhan mikroba dapat mengakibatkan
rusaknya struktrur protein dan DNA yang berperan dalam metabolisme dan
pertumbuhan sel.
2.
Pada suhu rendah aktivitas metabolisme sel menurun dengan cepat sehingga
metabolit yang dihasilkan menurun.
3.
Mudah terkontaminasi
4.
Untuk mendapatkan permukaan yang luas diperlukan
banyak bejana dengan volume tiap bejana yang relatif kecil,
5.
Banyak dibutuhkan tenaga kerja untuk membersihkan
dan mensterilisasi alat - alat
2.3 Media Fermentasi
2.3.1 Pengertian Media Fermentasi
Medium merupakan bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dapat
digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologi, dan
perhitungan jumlah bakteri. Medium merupakan faktor penentu yang utama berhasil
tidaknya suatu proses fermentasi.
2.3.2 Jenis Media Fermentasi
Berdasarkan komponen kimianya, medium fermentasi dapat dibedakan menjadi:
1.
Media Sintetik
Media
Sintetik adalah media yang komponen utamanya bahan anorganik
2.
Medium non-sintetik (kompleks)
Medium non-sintetik
(kompleks) yang komponen utamanya bahan organik. Misalnya ekstrak kentang,
ekstrak kecambah.
3.
Medium diperkaya
Media diperkaya yaitu media
yangditambah senyawa tertentu, untuk menumbuhkan mikroba tertentu.
4. Media Selektif
Media selektif adalah ditambah
senyawa tertentu agar untuk menseleksi mikroorganisme tertentu.
2.3.3 Pemilihan Media Fermentasi
Kriteria pemilihan media
ferrmentasi antara lain:
1. Konsentrasi produk dalam media
maksimum
2. Kecepatan pembentukan
produk maksimum
3. Produk samping yang
tidak diinginkan seminimal mungkin
4. Permasalahan yang dihadapi dari segi
pelaksanaan proses, aerasi, agitasi, ekstraksi dan pemurnian produk serta
penanganan limbah seminimal mungkin.
5. Harganya relatif murah, kualitasnya
konsisten dan kontinuitas
ketersediaannya terjamin.
6. Yield produk per unit
substrat maksimum.
Contoh
: - Tetes gula tebu, tetes gula bit, serealia, pati, glukosa, sukrosa dan
laktosa sebagai sumber karbon.
- Garam amonium, urea, nitrat, bungkil kedele sebagai sumber
nitrogen.
2.3.4 Formulasi Media
Pada
formulasi media Media harus memenuhi kebutuhan mikroba untuk pembentukan biomasa selnya dan
metabolit.
Langkah
utama yang harus dipertimbangkan dalam formulasi media adalah persamaan reaksi
pertumbuhan sel dan pembentukan produk yaitu:
Sumber energi +Sumber N + kebutuhan hidup biomassa sel + produk + CO2+ H2O + panas
Langkah-langkah dalam merancang
formulasi medium adalah:
1.
Mengetahui
komposisi sel
Tabel 2.1 Komposisi elemental tipikal untuk mikroba
Elemen
|
Bobot
kering sel (%)
|
Karbon
|
50
|
Nitrogen
|
7-12
|
Pospor
|
1-3
|
Sulfur
|
0.5-1.0
|
Magnesium
|
0.5
|
Tabel 2.2 Komposisi unsur pada
bakteri, yeast dan jamur (% berat kering)
Unsur
|
Bakteri
|
Khamir
|
Jamur
|
Karbon
|
50-53
|
45-50
|
40-63
|
Hidrogen
|
7
|
7
|
-
|
Nitrogen
|
12-15
|
7.5-11
|
7-10
|
Fosfor
|
2.0-3.0
|
0.8-2.6
|
0.4-4.5
|
Sulfur
|
0.1-0.2
|
0.01-0.24
|
0.1-0.5
|
Potasium
|
1.0-4.5
|
1.0-4.0
|
0.2-2.5
|
Sodium
|
0.5-1.0
|
0.01-0.1
|
0.02-0.5
|
Kalsium
|
0.01-1.1
|
0.1-0.3
|
0.1-1.4
|
Magnesium
|
0.1-0.5
|
0.1-0.5
|
0.1-0.5
|
Klorida
|
0.5
|
-
|
-
|
Besi
|
0.02-0.2
|
0.01-0.5
|
0.1-0.2
|
2.
Kebutuhan
Biokimia Spesifik
Ada mikroba
yang dapat tumbuh pada media garam mineral sederhana ada yang memerlukan
zat-zat biokimia spesifik karena tidak mampu mensintesis sendiri. Contoh:
khamir memerlukan biotin, tiamin dan riboflavin.
3.
Kebutuhan Energi
Mikroba
dapat mengkonversi zat kimia dasar menjadi molekul kompleks dan memerlukan
energi yang berasal dari oksidasi zat organik tereduksi yang terkendali. Karbon
digunakan untuk menghasilkan energi (biosintesis) dan untuk memenuhi keperluan
karbon pada sel dalam. Persamaan reaksi biosintesis sel :
A(CaHb
Oc) + B(O2) + D(NH)3 M(CαHβOγNσ)
+ P(CO2) + Q(H2O)
Rasio massa sel per unit substrat (M/A) tergantung pada proporsi
substrat untuk energi dan untuk massa sel berat kering sel yang diperoleh.
Y=
Tabel 2.3
Harga Y terhadap substrat yang digunakan
Substrat
|
Koefisien
Yield Sel
|
Metan
|
0.62
|
n-Alkana
|
1.03
|
Metanol
|
0.40
|
Etanol
|
0.68
|
Asetat
|
0.34
|
Maleat
|
0.36
|
Glukosa
|
0.51
|
Contoh :
Harga Y untuk glukosa = 0.5. Untuk
memproduksi 30 g sel/l disediakan 30/0.5 g glukosa = 60 g glukosa/liter.
Maka langkah untuk memformulasikannya
adalah:
1. Untuk
mensintesa 30 g/l massa sel khamir dengan amonium sulfat sebagai sumber N dan S
maka perlu pemasukan 12 g/l (NH4)2SO4,
sehingga dipasok 2.4 g/l N dan 3.0 g/l S.
2. Dengan
kalkulasi yang sama dapat dirancang bangun medium minimal untuk sintesis 30 g/l
biomassa khamir.
Tabel 2.4 Medium pertumbuhan
untuk produksi 30 g/l khamir pada sumber karbon terseleksi
Komponen
Medium
|
Konsentrasi
(g/l)
|
Sumber
Energi-Karbon
|
|
Metanol
|
60.0
|
Etanol
|
40.0
|
Glukosa
|
60.0
|
Heksadekan
|
30.0
|
(NH4)2SO4
|
12.0
|
KH2PO4
|
1.3
|
MgSO4
|
1.5
|
Mineral
sedikit
|
|
(Cu,Co,Fe,Ca,Zn,Mo,Mn)
|
10-4M
|
2.3.5
Komponen
Penyusun Media
Komponen penyusunan
media fermentasi antara lain:
1.
Air
Air merupakan komponen
utama media fermentasi. Semua proses
fermentasi, kecuali solid-substrat fermentasi, memerlukan sejumlah besar air.
Tidak hanya air yang merupakan komponen utama dari semua media, tetapi penting
untuk peralatan pendukung dan pembersihan. Komposisi, sejumlah besar air bersih,
yang konsisten sangat penting. Untuk beberapa fermentasi, terutama
tanaman dan kultur sel hewan, air yang dibutuhkan harus sangat murni. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dari air yang akan digunakan adalah pH, bahan
terlarut, kandungan mineral. Contohnya pada produksi bir perlu air berkadar
CaSO4 atau CaCO3 tinggi.
2.
Sumber
Tenaga
Energi
pertumbuhan sel diperoleh dari sinar atau oksidasi substrat
Kebanyakan mikroba
fermentasi bersifat kemo-organotrof. Beberapa mikroba dapat menggunakan metan,
metanol atau hidrokarbon. Sumber energi = sumber karbon seperti karbohidrat,
lemak dan protein. Beberapa mikroba dapat menggunakan metan, metanol atau
hidrokarbon .
3. Sumber karbon
Sumber karbon tergantung dari produk yang diharapkan. Misal :
produksi etanol dari protein sel tunggal membutuhkan ongkos produksi 60-77%
dari sumber karbon maka perlu sumber karbon yang murah.
Karbon merupakan unsure yang paling penting. Dengan
mengecualikan alga dan bakteri autotrof yang menggunakan karbondioksida sebagai
sumber karbon, mikroba yang digunakan dalam industri membutuhkan senyawa
organik sebagai sumber karbon dan energi. Selain itu juga untuk biosintesa,
pembentukan produk, dan pemeliharaan sel. Berdasarkan berat mikroba, sekitar
50% berat mikroba adalah karbon. Konsentrasi nitrogen bervariasi dari 3-15 %.
Oleh karena itu karbon merupakan bahan yang paling besar dalam medium kultur.
Jumlah molekul ATP yang dibentuk dari
sumber karbon dan energi dalam medium dapat dihitung berdasarkan berat kering
yang diperoleh sebagai fungsi ATP yang dihasilkan selama katabolisme sumber
energy.
Kebutuhan
karbon dapat ditentukan dari koefisien hasil biomasa (Y), maka:
Ykarbon
(g/g) =
Tabel
2.5 Pertumbuhan yield (Ykarbon) pada medium minimum dengan variasi
sumber karbon dan energi
Yglucosa
|
Yethanol
|
Ymethanol
|
Yoktana
|
|
Pertumbuhan aerob
-
Aspergilus
nidulans
-
Candida
utilis
-
Escherchia
coli
-
Phicia
angusta
-
Penicillium
chrysogenum
-
Pseudomonas
aeruginosa
-
Pseudomonas
species
-
Saccharomyces
cereviceae
|
0,61
0,51
0,52
0,43
0,43
0,56
|
0,68
0,63
|
0,36
0,54
|
1,07
|
Pertumbuhan anaerob
-
Moorella
thermacetica
-
Escherchia
coli
-
Klebsiella
pneumonia
-
Saccharomyces
cereviceae
|
0,11
0,13
0,12
0,12
|
(Sumber: Waites, dkk, 2005)
Sebagian
besar mikroba dapat menggunakan berbagai tipe nutrisi yang telah diketahui.
Senyawa karbon yang digunakan dapat berasal dari senyawa C2 sederhana (asam
asetat, etanol) sampai senyawa kompleks (polisakarida, protein) dan senyawa
aromatik. Ada pula mikroba yang hanya dapat menggunakan substrat terbatas. Pada
sumber karbon lain tidak dapat tumbuh dengan baik.
Sebagai
contoh adalah Methylomonas dan Methylococcus yang hanya
menggunakan metana dan methanol sebagai sumber karbon dan energi.
Energi
diperoleh terutama melalui 2 jalan:
a. Fosforilasi
substrat
Oksidasi substrtat
adalah hilangnya electron disertai oleh sintesis fosfat kaya energy yang akan
dipindah lewat ADP dengan membentuk ATP. Jadi selama glikolisis, mikroba
mendapatkan dua molekul ATP dari tiap molekul glukosa.
b. Fosforilasi
oksidatif
Dalam
kasus ini energi diubah selama pemindahan electron dalam rantai respirasi. Tiga
molekul ATP diperoleh dari tiap pasang electron yang dipindah dari NADH ke
oksigen. (Hidayat, dkk, 2006)
Secara
umum, mikroba aerob mengubah substrat karbon dalam jumlah lebih besar (±50 %)
menjadi biomassa dibanding mikroba anaerob, karena mikroba tersebut tidak
menggunakan banyak substrat untuk memperoleh energi. Ini memungkinkan untuk
menghitung jumlah minimum substrat karbon yang dibutuhkan dalam medium untuk
memperoleh biomassa.
Contoh :
Penelitian
mula-mula menggunakan medium yang
mengandung substrat berlebihan dan ini memungkinkan diperoleh berat kering sel
bakteri maksimum perliter (misalnya 40 g). Biomassa ini diasumsikan mengandung
50 % karbon dan mikrobia mampu mengubah 50% karbon pada substrat menjadi karbon
pada substrat menjadi biomassa secara aerob, sehingga medium harus mengandung:
40 x (100/50) x (50/100) = 40 g
karbon/L
Jika
sumber karbon adalah glukosa maka jumlah yang harus ditambahkan dalam medium:
(40 x 180)/72 = 100 g glukosa/L
Gula
murni seperti glukosa dan sukrosa umumnya mahal bila digunakan dalam industri
dan biasanya dicari sumber karbon yang murah. Hal yang menarik adalah penggunaan
limbah pertanian atau industri. Industri fermentasi dapat memilih antara
beberapa bahan utama, tergantung harga, fluktuasi pasar dalam menggunakan
surplus.
Kebanyakan
kapang menggunakan glukosa sebagai sumber karbonnya. Beberapa jasad dapat
menggunakan lebih dari satu sumber karbon. Pertumbuhan yang terjadi disebut
pertumbuhan diauksi. Misalnya S. ceriviciae, laktosa didegradasi menjadi
glukosa dan galaktosa. Kapang tertentu tidak dapat menggunakan sukrosa,
misalnya Rhizopus dan Sordaria. Kebanyakan kapang tidak dapat tumbuh pada gula
alcohol, seperti manitol.
Sumber
karbohidrat terdiri dari:
1.
Molase
Molase
adalah limbah industri gula yang tentunya lebih murah. Molase berbeda dengan
bahan baku yang umum digunakan dalam produksi alkohol seperti jagung dan kentang.
Bahan ini mengandung karbohidrat yang disimpan sebagai pati sehingga harus
mengalami perlakuan awal dengan memasaknya dan membutuhkan kerja enzim untuk
menghidrolisis pati menjadi gula yang dapat difermentasi. Sebaliknya
karbohidrat dalam molase siap untuk difermentasi tanpa perlakuan pendahuluan
karena berbentuk gula. Molase tebu kaya akan biotin, asam pantotenat, tiamin,
fosfor dan sulfur. Kandungan nitrogen organik sedikit. Mengandung 62% gula yang
terdiri dari sukrosa 32%, glukosa 14% dan fruktosa 16%.
Tabel 2.6 Komposisi molase
Komponen
|
Persentase
|
-
Air
-
Sukrosa
-
Dektrosa
-
Fruktosa
-
Gula reduksi lain
-
Karbohidrat lain
-
Abu
-
Senyawa nitrogen
-
Asam-asam non nitrogen
|
17-25
30-40
4-9
5-12
1-5
2-5
7-15
2-6
2-8
0,1-1
|
2.
Ekstrak gandum
Ekstrak cair dari gandum
dapat dibentuk seperti sirup yang secara khusus digunakan untuk sumber karbon
yang biasanya untuk pembentukan filament pada jamur, ragi dan actinomycetes.
Persiapan ekstrak pada dasarnya sama dengan pemasakan bir. Komposisi dari
ekstrak gandum biasanya mengandung 90% karbohidrat dalam basis kering. Dimana
terdiri dari 20 % heksosa (glukosa dan sedikit fruktosa), 55% disakarida
(umumnya maltose dan sedikit sukrosa), dan 10 % maltotriosa sebuah trisakarida.
Lagi pula, produksi ini mengandung dekstrin bercabang dan tidak bercabang
(15-20%), yang mana mungkin atau tidak mengalami metabolism, tergantung pada
mikroorganismenya. Ekstrak gandum juga mengandung beberapa vitamin dan
kira-kira 5% substansi nitrogen, protein, peptide dan asam amino. Sterilisasi media
yang mengandung ekstrak gandum harus dikontrol dengan hati-hati untuk mencegah
pemanasan berlebih (Waites, dkk,
2005).
3.
Pati
Pati didegradasi menjadi gula sederhana (monosakarida) dengan
hidrolisis sebelum fermentasi. Pati juga dapat digunakan sebagai bahan bakar
non minyak (etanol). Polisakarida ini tidak siap untuk digunakan seperti
monoskarida dan disakarida, namun dapat secara langsung mengalami metabolisme
dengan produksi amilase oleh mikroorganisme. Pati jagung adalah yang paling
banyak dipakai, namun ini dapat juga didapatkan dari cereal yang lain atau
potongan akar. Dalam fermentasi, pati biasanya dikonversi menjadi sirup gula,
yang mengandung paling banyak glukosa. kemudian dihidrolisis dengan
mengencerkan asam atau enzim amilolitik (Waites,
dkk, 2005).
4.
Limbah
Sulfite Cair (Sulphite Waste Liquor)
Limbah sulfite cair (Sulphite Waste Liquor) dari
industri kertas mengandung gula dari hidrolisis hemiselulosa dalam kayu.
komposisi SWL tergantung kayu yang digunakan. Angiospermae memberikan Sulphite
Liquor yang mengandung 3% gula yang 70 %-nya adalah pentosa (terutama silosa),
sedangkan gymnospermae menghasilkan liquor yang mengandung gula 2% dengan
75%-nya adalah heksosa (terutama manosa).
5.
Selulosa
Selulosa paling dominan
ditemukan sebagai lignoselulosa dalam dinding sel tumbuhan, yang mana terbentuk
dari 3 polimer yaitu: selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa tersedia
dari pertanian, hutan, limbah industri maupun domestik. Komponen selulosa adalah sebagian kristal, bertatahkan
dengan lignin, dan menyediakan luas permukaan kecil untuk serangan enzim. Kini
hal ini terutama digunakan dalam bentuk padat-substrat fermentasi untuk
menghasilkan berbagai jamur. Namun, berpotensi menjadi sumber terbarukan yang
sangat berharga difermentasi gula sekali dihidrolisis, khususnya di biokonversi
menjadi etanol untuk penggunaan bahan
bakar.
Hidrolisis asam pada
pada selulosa kayu itu sendiri memberikan 65-85% gula yang dapat difermentasi.
Selulosa biasanya dihidrolisis sebelum dapat digunakan sebagai substrat, tetapi
penggunaan mikroba selulolitik memungkinkan diperolehnya protein mikroba secara
langsung dari limbah selulosa tanpa perlakuan. Jamur berfilamen (Tricoderma
viridae) dan bakteri (cellulomonas sp) merupakan mikroba yang sering
digunakan.
6.
Whey
Whey
hasil samping keju yang merupakan protein yang sulit menggumpal seperti kasein
pada keju. Bahan ini cukup mahal untuk dijual. Oleh karena itu laktosa pekat
sering disiapkan untuk fermentasi selanjutnya dari penguapan whey disertai
dengan pemindahan protein susu yang digunakan sebagai misalnya, suplemen
makanan. Laktosa pada umumnya kurang berguna sebagai umpan awal pada fermentasi
dibandingkan sukrosa, seperti untuk terjadinya metabolism hanya sedikit
mikroornaisme yang dapat melakukannya. S. cerevisiae contohnya, tidak
memfermentasi laktosa. Disakarida ini secara pembentukannya digunakan dalam
fermentasi penicillin dan ini juga dapat digunakan dalam fermentasi alcohol,
protein sel tunggal, asam laktat, vitamuin B12 dan asam giberelik (Waites, dkk, 2005).
Whey susu diperoleh dari limbah
pembuatan keju dengan komposisi seperti tabel 2.7, sering digunakan untuk pakan
babi.
Tabel
2.7 Komposisi whey susu (g/L)
Komponen
|
Jumlah
(g/ L)
|
-
Laktosa
-
Protein
-
Senyawa nitrogen terlarut
-
Lipid
-
Garam mineral
|
45-50
7-9
1,5
1-2
6-8
63-70
|
(Sumber : Hidayat, dkk,
2006)
4. Sumber nitrogen
Sumber nitrogen diberikan
dalam bentuk senyawa organik
seperti protein, urea dan asam amino, senyawa anorganik seperti gas amonia,
garam amonium dan garam nitrat. Sumber
organik meliputi corn steep liquor, yeast extract, pepton, soya bean meal. 3-15% berat mikrobia adalah nitrogen. Sumber
nitrogen digunakan sebagai sumber energi pendamping karbon. Semua
mikroorganisme mampu menggunakan nitrogen anorganik, dapat mengasimilasi amonia
atau garam-garam amonium sebagai sumber karbon dan
dapat menjadi faktor pembatas karena dibutuhkan dalam jumlah besar. Kapang tidak dapat memfiksasi nitrogen, tetapi
dapat menggunakan berbagai sumber nitrogen. Sumber nitrogen secara umum:
nitrat, urea, amonia (sebagai kontrol pH dan sumber nitrogen), garam-garam
ammonium.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan nitrogen adalah sebagai
berikut:
1.
Dibutuhkan hanya satu asam amino, misalnya asam glutamat untuk mensintesis asam amino lainnya dengan transaminasi.
2.
Kebanyakan kapang dapat menggunakan ammonium
sebagai satu-satunya sumber karbon Beberapa mikroorganisme dapat menggunakan nitrat sebagai sumber karbon
dan mengubahnya menjadi ammonium oleh nitrat atau nitrit reduktase.
3.
Faktor tumbuh : mikroorganisme tertentu tidak dapat mensintesis faktor tumbuh untuk dirinya sendiri.
4. Faktor
tumbuh yang umum adalah vitamin B, senyawa yang mirip, asam amino
tertentu atau beberapa asam lemak.
5. Untuk
mikroorganisme auksotrof dibutuhkan dalam kadar
rendah
6. Diberikan
dalam bentuk : ekstrak khamir, ekstrak hati, dan riboflavin.
7. Faktor
tumbuh dapat diberikan pada konsentrasi tinggi dalam
fermentasi asam amino.
Pada produksi
antibiotik poliene, penggunaan sumber nitrogen secara cepat akan
menghambat pembentukan produk dengan dipilih bungkil
kedele sebagai sumber nitrogen sehingga pembentukan
produk berlangsung cepat, karena bungkil
kedele mengandung protein dengan fosfor yang rendah dan hidrolisanya lambat.
5.
Sumber
Mineral
Mineral
penting dalam formulasi media yaitu magnesium (Mg), kalium (K), sulfur (S),
kalsium (Ca) dan klor (Cl) harus
ditambahkan secara khusus.
Kobal (Co),
Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo) dan Seng (Zn) penting
dalam aktivitas mikroba, dan umumnya terdapat dalam bahan dasar sebagai impurities
(pada tetes atau limbah pati jagung).
Harus ada penelitian untuk menentukan kebutuhannya
secara tepat. Pendekatan dilakukan dengan mengukur kadar
abu mikrobia (5% berat biomass) dan
umumnya tediri atas fosfor 60%, sulfur 20 % dan logam-logam.
Tabel
2.8 Kisaran kadar mineral dalam media fermentasi (g/l)
Komponen
|
Kisaran
|
KH2PO4
|
1.0-4.0
|
MgSO47H2O
|
0.25-3.0
|
KCl
|
0.5-12.0
|
CaCO3
|
5.0
|
FeSO44H2O
|
17.0
|
ZnSO48H2O
|
0.01-0.1
|
MnSO4H2O
|
0.1-1.0
|
CuSO45H2O
|
0.03-0.01
|
NaMoO42H2O
|
0.01-0.1
|
6. Sumber
Vitamin
Sumber yang digunakan untuk merancang
media fermentasi juga harus mengandung
setidaknya beberapa dari yang diperlukan vitamin sebagai kontaminan ringan.Sumber
karbon dan nitrogen biasanya sudah mengandung vitamin. Pada produksi asam
asetat perlu penambahan Ca pantotenat. Pada produksi asam glutamat perlu
penambahan biotin.
7.
Buffer
Buffer merupakan zat untuk mengendalikan atau menjaga pH medium. Biasa-nya pH medium dipertahankan sekitar pH netral. Jenis buffer yang umum ditambahkan : kalsium karbonat, protein, peptida, asam amino, amonia, NaOH dan H2SO4.
Buffer merupakan zat untuk mengendalikan atau menjaga pH medium. Biasa-nya pH medium dipertahankan sekitar pH netral. Jenis buffer yang umum ditambahkan : kalsium karbonat, protein, peptida, asam amino, amonia, NaOH dan H2SO4.
8.
Antifoams
Antifoams diperlukan untuk mengurangi pembentukan busa selama fermentasi. Busa ini terutama disebabkan oleh protein Media yang menjadi melekat pada antarmuka udara-kaldu di mana mereka mengubah sifat sesuatu benda untuk membentuk busa yang stabil.Jika tidak dikontrol busa dapat menghalangi filter udara, yang mengakibatkan kerugian kondisi aseptik, fermentor menjadi terkontaminasi dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan.
Antifoams diperlukan untuk mengurangi pembentukan busa selama fermentasi. Busa ini terutama disebabkan oleh protein Media yang menjadi melekat pada antarmuka udara-kaldu di mana mereka mengubah sifat sesuatu benda untuk membentuk busa yang stabil.Jika tidak dikontrol busa dapat menghalangi filter udara, yang mengakibatkan kerugian kondisi aseptik, fermentor menjadi terkontaminasi dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan.
9.
Oksigen
Tergantung pada jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme, itu mungkin diberikan dalam bentuk udara yang mengandung sekitar 21% (v / v) oksigen, atau kadang-kadang sebagai oksigen murni ketika persyaratan yang sangat tinggi.Organisme Kebutuhan oksigen dapat bervariasi tergantung pada sumber karbon. Untuk fermentasi sebagian udara atau suplai oksigen penyaring disterilkan sebelum disuntik dalam fermentor tersebut.
Tergantung pada jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme, itu mungkin diberikan dalam bentuk udara yang mengandung sekitar 21% (v / v) oksigen, atau kadang-kadang sebagai oksigen murni ketika persyaratan yang sangat tinggi.Organisme Kebutuhan oksigen dapat bervariasi tergantung pada sumber karbon. Untuk fermentasi sebagian udara atau suplai oksigen penyaring disterilkan sebelum disuntik dalam fermentor tersebut.
BAB III
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diambil kesimpulan:
1.
Fermentasi merupakan suatu cara untuk
mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan
bantuan mikroba.
2.
Mikrobia dalam industri fermentasi
merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu
murni, unggul, stabil, bukan pathogen.
3.
Media fermentasi adalah hal yang sangat
penting dalam suatu proses fermentasi. Karena segala proses metabolisme
tergantung bahan (medium) yang tersedia. Sumber nutrisi terpenting yang harus
dipenuhi dalam membentuk media suatu fermentasi adalah sumber karbon yang
terdiri dari molasses, pati, sulphite waste liquor, selulosa, whey,
hidrokarbon, minyak dan lemak karena Berdasarkan berat mikroba, sekitar 50%
berat mikroba adalah karbon.
4.
Formulasi media merupakan tahap yang
penting dalam industri fermentasi. Sehingga, biaya pembuatan media merupakan
faktor kritis bagi aspek ekonomi suatu proses fermentasi. Dalam industri
fermentasi diperlukan substrat yang murah, mudah, tersedia, dan efisien
penggunaannya
5.
Medium fermentasi memiliki fungsi
untuk menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
memperoleh energi, pembentukan sel dan biosintesis produk-produk metabolisme
dengan komponen- komponen air, sumber karbon, sumber nitrogen, mineral,
vitamin, buffer, anti buih, oksigen.
6.
Media fermentasi terbagi menjadi dua
yaitu fermentasi media cair (liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi
media padat (solid state fermentation, SSF) dan proses fermentasi dapat
dilakukan melalui kultur permukaan yang menggunakan medium padat atau semi
padat dan kultur terendam yang menggunakan medium cair.
5.2
Saran
Dengan terselesainya makalah yang berjudul ”Mikrobiologi
Industri ” ini, penulis berharap agar penyusunan makalah dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan mahasiswa khususnya.
Penulis
sangat berharap kepada para pembaca setelah membaca makalah ini, dapat
meningkatkan potensi pembaca dalam memahami fermentasi khususnya media yang
digunakan dalam proses fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2000. Bioteknologi.
Brok, T.D., Madigan, M.T. Martinko,
J.M. 2006. Biology of Microorganisms. 11th Edition. Pearson
Prentice Hall. Upper Saddle River, Nj 07458
Hidayat,
Nur., dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Http://yprawira.wordpress.com/fermentasi-substrat-padat/(25/09/2014)
Waites, M.J., dkk. 2005. Industrial Microbiology. An
Introduction. Malden: Blackwell Science Ltd.