JENIS-JENIS PADI YANG BANYAK DITANAM PETANI
Di Indonesia, tanaman padi merupakan salah satu tanaman utama. Sebab
tanaman ini merupakan penghasil sebagian besar makanan pokok di negeri
ini. Oleh sebab itu, saya ingin memberikan informasi tentang tanaman
padi.
Tanaman padi dapat dibedakan berdasarkan varietasnya. Varietas
tanaman padi ini banyak sekali. Dan hampir setiap tahun muncul dengan
sifat genetik yang lebih baik.
Secara umum, tanaman padi dibedakan dalam 3 jenis “varietas”,
1. Varietas Padi Hibrida
Arti mudahnya bisa dikatakan varietas padi sekali tanam,
hasilnya akan maksimal bila sekali ditanam. Tetapi bila keturunannya
(benih) ditanam kembali maka hasilnya akan berkurang jauh.
Memang varietas ini dibuat atau direkayasa oleh pemiliknya untuk
sekali tanam saja. Tujuannya agar petani membeli kembali. Harga benih
hibrida sangat mahal, bisa mencapai 40 ribu-60 ribu per kilo.
Contohnya: Intani 1 dan 2, PP1, H1, Bernas Prima, Rokan, SL 8 dan 11
SHS, Segera Anak, SEMBADA B3, B5, B8 DAN B9, Hipa4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6
Jete, Hipa 7, Hipa 8, Hipa 9, Hipa 10, Hipa 11, Long Ping (pusaka 1 dan
2), Adirasa-1, Adirasa-64, Hibrindo R-1, Hibrindo R-2, Manis-4 dan 5,
MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS, Maro dll.
Varietas padi hibrida ada juga yang dilepas pemerintah. Tapi ada juga
(boleh dikatakan banyak) yang didatangkan (import) dari negara lain.
2. Varietas Padi Unggul :
Arti mudahnya varietas ini bisa berkali-kali ditanam dengan perlakuan yang baik.
Hasil dari panen varietas ini bisa dijadikan benih kembali. Ada petani
yang saya temui bisa menanam sampai 10 kali lebih dengan hasil yang
hampir sama.
Varietas padi unggul adalah varietas yang telah di lepas oleh
pemerintah dengan SK Menteri Pertanian. Varietas ini telah melewati
berbagai uji coba.
Harga benih verietas ini murah, harganya bisa mencapai 5 ribu- 10 ribu per kilo.
Contoh dari varietas ini yang banyak di tanam petani adalah
CIHERANG (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam), IR-64, Mekongga, Cimelati, Cibogo, Cisadane, Situ Patenggang, Cigeulis, Ciliwung, Cimelati, Membramo, Sintanur, Jati luhur, Fatmawati, Situbagendit, dll.
CIHERANG (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam), IR-64, Mekongga, Cimelati, Cibogo, Cisadane, Situ Patenggang, Cigeulis, Ciliwung, Cimelati, Membramo, Sintanur, Jati luhur, Fatmawati, Situbagendit, dll.
Sejak tahun 2008, penamaan padi berubah. Untuk padi sawah dinamakan
Inpari (Inbrid Padi Irigasi). Misalnya: Inpari 1-10, Inpari 11, Inpari
12 dan Inpari 13, dll. Sedangkan dari pihak BATAN telah mengeluarkan padi varietas : Cilosari, Diahsuci, Bestari, Inpari Sidenuk, Pandan Putri dll.
Pada tahun 2010/2011 untuk varietas Inpari, INPARI 13 lah yang banyak
banyak ditanam petani. Pemerintah ingin agar INPARI 13 menggeser
varietas ciherang yang paling banyak ditanam petani.
Untuk tahun 2011 juga, BB Padi telah mengeluarkan varietas terbaru
dengan keunggulan yang lebih beragam seperti : Inpari 14 Pakuan, Inpari
15 Parahyangan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 17, Inpari 18, Inpari 19,
Inpari 20, inpari 21, dll.
Untuk tahun 2012 : telah dilepas beberapa varietas padi, antara lain: inpari 22-29.
Untuk Padi Rawa ( Inpara ) juga banyak dilepas pemerintah. Contohnya:
Inpara 1-8, dll. Demikian pula untuk padi gogo (inpago). Contohnya:
Inpago 1-5, dll
Anda bisa juga membaca varietas padi yang diluncurkan BB Padi Sukamandi Subang sejak tahun 2005, baca disini .
3. Varietas Padi Lokal
Varietas padi lokal adalah varietas padi yang sudah lama beradaptasi
di daerah tertentu. Sehingga varietas ini mempunyai karakteristik
spesifik lokasi di daerah tsb. Setiap varietas mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Demikian juga untuk varietas lokal tsb.
Contoh varietas lokal: varietas kebo, dharma ayu, pemuda idaman,
(Indramayu), Gropak, Ketan tawon, Gundelan, dll ( Malang), Merong (
pasuruan ), Simenep , Srimulih, Andel Jaran, Ketan Lusi, Ekor Kuda,
hingga Gropak ( Kulon Progo-Jogja), dll.
Tambahan: Angkong, Bengawan, Engseng, Melati, Markoti, Longong,
Rejung Kuning, Umbul-umbul, Tunjung, Rijal, Sri Kuning, Untup, Tumpang
Karyo, Rangka Madu, Sawah Kelai, Tembaga, Tjina, dll (sumber: http://green-organic-rice.blogspot.com/2009/01/ribuan-varietas-padi-lokal-hilang.html)
Dalam tulisan “Benih Padi Lokal Harus Didukung Pemerintah” yang ditulis oleh Lukas Adi Prasetya dan Idha Saraswati
diberitakan ketika Festival Benih Padi 2009 yang dilangsungkan Jumat
dan Sabtu di Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul, ini, benih-benih padi
varietas lokal dikenalkan.
“Yang ini adalah varietas Srimulih. Berasnya mirip IR 64, baik bentuk
maupun rasanya. Kelebihan Srimulih adalah, jika menyantap, awet
kenyangnya. Beras IR, nggak bisa awet kenyangnya. Tanaman padi Srimulih
juga nggak manja,” ujar Hendrastuti yang juga sebagai Koordinator Umum
Jaringan Petani Kulon Progo ini.
Apa yang disampaikan Hendrastuti, adalah gambaran bahwa benih-benih
lokal, belum mendapat tempat di hati masyarakat. Jika ditarik ke
belakang, ini adalah salah siapa? Mengapa benih-benih lokal yang bagus
dan tahan hama, tidak pernah terorbit? Demikian juga benih-benih lokal
hasil silangan, tak pernah muncul di permukaan?
Tugas Pemulia Tanaman
Oleh sebab itu, bagi para pemulia tertentu, varietas lokal ini
dikawinsilangkan dengan varietas unggul sehingga hasil keturunannya akan
menghasilkan keturunan yang lebih baik