Adapun beberapa cara yang dilakukan dalam
pengawetan telur sehingga kualitas telur tersebut dapat bertahan antara lain :
1. Metode
pengawetan dengan daun jambu biji
Metode ini disebut juga metode pemindangan. Karena warna cangkang telur
yang telah diawetkan dengan jambu biji ini berwarna kecoklatan seperti telur
pindang. Metode ini bisa diterapkan pada telur unggas yang
lain, telur ayam misalnya. Pemindangan merupakan salah satu bentuk pengolahan
dengan kombinasi penggaraman dan perebusan. Daya simpan telur dengan cara/
metode seperti ini akan lebih lama. Daya simpannya bisa mencapai 30 hari atau
lebih. kandungan kimia daun jambu biji berupa tanin dapat mengawetkan
telur ayam ras.
2. Metode pengawetan dengan minyak kelapa
Perubahan warna dengan pengawetan telur melalui bantuan jambu biji tidak
disukai, penggunaan minyak kelapa bisa diterapkan. Minyak kelapa juga bisa
dijadikan bahan memperlama penyimpanan telur tanpa merubah warna, rasa, dan
aroma telur tersebut.
Pengolesan telur ayam dengan minyak kelapa ini mampu mempertahankan
kesegaran telur selama 8 minggu atau 2 bulan. Pengawetan telur dengan minyak
kelapa tidak hanya mampu mempertahankan kesegaran telur, tapi juga mampu
mempertahankan keutuhan nilai gizinya. Hal ini amat menguntungkan, karena
selain prosesnya mudah juga irit dalam biaya.
3. Metode
pengawetan dengan teh
Pengawetan telur segar yaitu dengan memanfaatkan bahan tannin yang berasal
dari daun teh (Catechin). Pada dasarnya bahan tannin merupakan senyawa yang berbentuk
larutan berwarna dan mampu berikatan dengan albumen telur. Protein dalam telur
akan berikatan dengan catechin yang terkandung dalam teh membentuk senyawa
kompleks yang stabil dan dapat memperpanjang masa simpan telur sampai 1 bulan.
4. Penyimpanaan
dingin
Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam relative waktu yang lama bila
disimpan didalam ruangan dingin yang memiliki kelembaban sekitar 80-90 % dan
kecepatan aliran udara sekitar 1-1,5 m/s. dalam hal ini telur dapat disimpan
sedekat mungkin di atas titik beku telur yaitu -20 C. suhu yang
rendah ini akan memperlambat hilangnya kadar CO2 dan air didalam
telur serta penyebaran air sari putih ke kuning telur.
5. Metode
penutupan pori-pori telur
Penutupan pro-pori telur dapat dilakukan dengan menggunakan agar-agar,
getah karet, gelatin bahkan getah kaktus. Jika teknik ini di kombinasikan
dengan penyimpanan dingin (suhu sekitar 10 C) maka sangat
menguntungkan. Karena telur dapat diawetkan selama 6 bulan.
6. Pengemasan
Kering
Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan
bahan-bahan seperti sekam, pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat,
cara ini akan memperlambat hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah
manambah berat dan volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan ruang
penyimpanan. Disamping itu, pengemasan kering tidak banyak memberikan
perlindungan terhadap mikroba selama penyimpanan.
7. Perendaman
Telur Dalam Larutan Kapur
Larutan kapur dapat dibuat dengan cara melarutkan 100 g batu kapur (CaO)
dalam 1,5 liter air, lalu dibiarkan sampai dingin. Daya pengawet dari kapur
karena mempunyai sifat basa, sehingga mencegah tumbuhnya mikroba. Kapur (CaO)
akan bereaksi dengan udara membentuk lapisan tipis kalsium karbonat (CaCO3) di
atas permukaan cairan perendam. Kemudian CaCO3 yang terbentuk akan mengendap di
atas permukaan telur, membentuk lapisan tipis yang menutupi pori-pori.
Pori-pori yang tertutup ini menyebabkan mikroba tidak dapat masuk ke dalam
telur dan mencegah keluarnya air dan gas-gas lain dari dalam isi telur. Kapur
juga menyebabkan kenaikan kenaikan pH pada permukaan kulit telur yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba.
8. Perendaman
Dalam Minyak Parafin
Telur direndam atau dicelupkan dalam minyak parafin selama beberapa menit. Selanjutnya
dikeringkan dengan membiarkan di udara terbuka (dikering- anginkan) sehingga
minyak parafin menjadi kering dan menutupi pori-pori kulit telur.
9. Pengasinan Telur (Telur Asin)
Suprapti (2002) mengemukakan bahwa untuk membuat produk awetan telur asin
dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu perendaman (dalam larutan garam) dan
pemeraman (dalam adonan garam).
Cara pengasinan pidan berasal dari China (Romanoff and Romanoff,
1963). Cara ini menggunakan bahan pembungkus telur yang terbuat dari campuran
serbuk gergaji, kapur dan garam dengan perbandingan 1:1:1. Cara pengasinan halidan
menggunakan bahan pembungkus dari campuran tanah liat atau batu bata dan
garam dengan perbandingan 1:1, dengan cara ini telur akan mampu bertahan selama
30 hari (Agus, 2002).
No comments:
Post a Comment