MARASMUS, KWASHIORKOR
DAN MARASMUS-KWASHIORKOR
Gizi buruk
adalah keadaan kekurangan energi dan
protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus
(menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan
gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
Marasmus
berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak. Marasmus adalah bentuk
malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan
kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan kalori protein.
Kwashiorkor
ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama penyakit
ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang
mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan,
maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai
gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita
marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari
makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan
berkurang/habis terpakai.
B.
Tanda – Tanda
Marasmus
a. Penampilan
Muka seorang penderita marasmus menunjukkan
wajah seorang tua. Anak terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian lemak dan otot-ototnya.
b. Perubahan
Mental
Anak menangis, rewel dan lesu, setelah
mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar. Kesadaran yang menurun (apati)
terdapat pada penderita marasmus yang berat.
c. Kelainan
Pada Kulit Tubuh
Kulit keriput, kering, dingin dan
mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya.
d. Kelainan
Pada Rambut Kepala
Walaupun tidak seperti pada penderita
kwarshiorkor rambut berubah warna kemerahan, marasmus adakalanya tampak rambut
kering, tipis dan mudah rontok.
e. Lemak
Di bawah Kulit
Lemak subkutan menghilang hingga turgor
kulit mengurang.
f. Otot-Otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang
terlihat lebih jelas
Kwarshiorkor
a.
Mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare.
b.
Edema
(pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab
c.
Pandangan
mata sayu
d.
Rambut
tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit
dan mudah rontok
e.
Terjadi
perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
f.
Terjadi
pembesaran hati
g.
Otot
mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
h.
Terdapat
kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
i.
Sering
disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
Marasmus-kwashiorkor
mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang
menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung
dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein
akan berkurang/habis terpakai. Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak
terpakai, bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan
protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai.
C.
Penyebab
·
Marasmus
1. Masukan
makanan yang kurang.
Marasmus
terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan, akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak;
misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
Infeksi
yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
3. Kelainan
struktur bawaan
Misalnya:
penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.
4. Prematuritas
dan penyakit pada masa neonates
Pada
keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang
kurang kuat.
5. Pemberian
ASI
Pemberian
ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6. Gangguan metabolic
Misalnya:
renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7. Tumor
hypothalamus
Jarang
dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah
disingkirkan.
8. Penyapihan
Penyapihan
yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan
menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi
Urbanisasi
mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus meningkatnya
arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian
diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama
gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
Kwarshiorkor
1. Pola
makan
Protein
(dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang
tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu
dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor
sosial
Hidup
di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor
ekonomi
Kemiskinan
keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat
pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor
infeksi dan penyakit lain
Telah
lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
No comments:
Post a Comment