Thursday, November 27, 2014

MARASMUS, KWASHIORKOR DAN MARASMUS-KWASHIORKOR

MARASMUS, KWASHIORKOR  DAN MARASMUS-KWASHIORKOR                                                                                                                      
  Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.                                  
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.                                             
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.                                                    
           Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai.
  B.     Tanda – Tanda
   Marasmus
a.       Penampilan                                                                                                       
 Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seorang tua. Anak terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian lemak dan otot-ototnya.
b.      Perubahan Mental                                                                                   
 Anak menangis, rewel dan lesu, setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar. Kesadaran yang menurun (apati) terdapat pada penderita marasmus yang berat.
c.       Kelainan Pada Kulit Tubuh                                                                      
Kulit keriput, kering, dingin dan mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya.
d.      Kelainan Pada Rambut Kepala                                                         
Walaupun tidak seperti pada penderita kwarshiorkor rambut berubah warna kemerahan, marasmus adakalanya tampak rambut kering, tipis dan mudah rontok.
e.       Lemak Di bawah Kulit                                                                                        
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang.
f.       Otot-Otot                                                                                                
 Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas
Kwarshiorkor
a.       Mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare.
b.      Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
c.       Pandangan mata sayu
d.      Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
e.       Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
f.       Terjadi pembesaran hati
g.      Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
h.      Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
i.        Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
Marasmus - Kwarshiorkor
Marasmus-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai. Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai.
 
C.    Penyebab
·         Marasmus
1.      Masukan makanan yang kurang.
    Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan, akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2.      Infeksi                                                                                                              
     Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.  
3.      Kelainan struktur bawaan                                                                    
      Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4.      Prematuritas dan penyakit pada masa neonates                                             
    Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
5.      Pemberian ASI                                                                                     
       Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6.       Gangguan metabolic                                                                           
        Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7.      Tumor hypothalamus                                                                                     
       Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan.
8.      Penyapihan                                                                                         
   Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9.      Urbanisasi                                                                                        
  Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
 
   Kwarshiorkor
1.      Pola makan                                                                                                     
   Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2.      Faktor sosial                                                                                                     
     Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3.      Faktor ekonomi                                                                                    
   Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4.      Faktor infeksi dan penyakit lain                                                                    
     Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

No comments: